Di dalam pertuturan ada pertuturan lokusioner,
pertuturan ilokusioner, dan pertuturan perlokusioner. Pertuturan lokusioner
adalah dasar tindakan dalam suatu ujaran, atau pengungkapan bahasa. Di dalam
pengungkapan itu ada tindakan atau maksud yang menyertai ujaran tersebut, yang
disebut pertuturan ilokusioner. Pengungkapan bahasa tentunya mempunyai maksud,
dan maksud pengunkapan itu diharapkan mempunyai pengaruh. Pengaruh dari
pertuturan ilokusioner dan pertuturan lokusioner itulah yang disebut pertuturan
perlokusioner. Pertuturan ilokusioner bertujuan menghasilkan ujaran yang
dikenal dengan daya ilokusi ujaran. Dengan daya ilokusi, seorang penutur
menyampaikan amanatnya di dalam percakapan, kemudian amanat itu dipahami atau
ditanggapi oleh pendengar. Berdasarkan tujuannya, pertututan dapat
dikelompokkan seperti berikut ini.
1.
Asertif, yang melibatkan penutur kepada kebenaran atau
kecocokan proposisi, misalnya menyatakan, menyarankan, dan melaporkan.
2.
Direktif, yang tujuannya adalah tanggapan berupa
tindakan dari mitra tutur, misalnya menyuruh, memerintahkan, meminta, memohon,
dan mengingatkan.
3.
Komisif, yang melibatkan penutur dengan tindakan atau
akibat selanjutnya, misalnya berjanji, bersumpah, dan mengancam.
4.
Ekspresif, yang memperlihatkan sikap penutur pada
keadaan tertentu, misalnya berterima kasih, mengucapkan selamat, memuji,
menyalahkan, memaafkan, dan meminta maaf.
5.
Deklaratif, yang menunjukkan perubahan setelah
diujarkan, misalnya membaptiskan, menceraikan, menikahkan, dan menyatakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar