Pengertian
A. Semantik
Menurut Katz (1971:3) semantik adalah studi tentang makna bahasa. Sementara itu semantik menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik adalah bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara. Secara singkat, semantik ini mengkaji tata makna secara formal (bentuk) yang tidak dikaitkan dengan konteks. Akan tetapi, ternyata ilmu yang mempelajari atau mengkaji makna ini tidak hanya semantik, ada juga pragmatik. Untuk membedakannya, berikut ini ada beberapa poin yang mudah untuk diingat dan dapat dengan jelas membedakan semantik dengan pragmatik.
Menurut Katz (1971:3) semantik adalah studi tentang makna bahasa. Sementara itu semantik menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik adalah bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara. Secara singkat, semantik ini mengkaji tata makna secara formal (bentuk) yang tidak dikaitkan dengan konteks. Akan tetapi, ternyata ilmu yang mempelajari atau mengkaji makna ini tidak hanya semantik, ada juga pragmatik. Untuk membedakannya, berikut ini ada beberapa poin yang mudah untuk diingat dan dapat dengan jelas membedakan semantik dengan pragmatik.
B. Pragmatik
Para pakar pragmantik mendefinisikan istilah ini
secara berbeda-beda:
George
Yule dalam bukunya Pragmatics (1996) mengemukakan bahwa “Pragmatics
is the study of speaker meaning as distinct from word or sentence meaning
(1996: 133), yang berarti pragmatik mempelajari tentang makna yang dimaksudkan
penutur yang berbeda dengan makna kata atau makna kalimat. Batasan ini
mengemukakan bahwa makna yang dimaksudkan oleh penutur merupakan tuturan yang
telah dipengaruhi oleh berbagai situasi tuturan, hal ini berbeda dengan makna
kata atau kalimat, karena makna kata atau kalimat merupakan makna yang sesuai
dengan makna yang berdasarkan arti yang tertulis saja. Pengertian pragmatik
dapat diintisarikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur bahasa secara
eksternal, yang ditentukan oleh konteks dan situasi yang melatarbelakangi
pemakaian bahasa dalam komunikasi yang merupakan dasar penentuan pemahaman
maksud penggunaan tuturan oleh penutur dan mitra tutur. Yule (1996: 3), misalnya, menyebutkan
empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2)
bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian
tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau
terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi
menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan
tertentu.
Thomas (1995: 2) menyebut dua
kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan
sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker
meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan
pragmatik dengan interpretasi ujaran (utterance interpretation). Selanjutnya
Thomas (1995: 22), dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis
yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks
ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari
sebuah ujaran ujaran, mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji
makna dalam interaksi (meaning in interaction). Leech (1983: 6 (dalam Gunarwan
2004: 2)) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang
mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu
melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat
semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat
semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi.